KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

PAROKI ST. AGUSTINUS SUNGAI RAYA

“Gaya hidup normal yang baru”

Para sahabat yg terkasih saya ingin membagikan perspektif sederhana saya terhadap situasi dan keadaan saat ini.

Semenjak fokus kehidupan ditenggelamkan pada bahasan kesehatan dan akhir hidup, saya mengutarakan pada diri saya tentang ketidaksepahaman. Banyak keputusasaan, kekhawatiran, ketidakberdayaan. Kemampuan hidup menjadi sangat terbatas. Bahkan hampir hanyut pada kekosongan. Saya terus mencoba mengunggah dimensi kehidupan itu sendiri dan siapa manusia itu.

Hidup itu bergerak, dinamis, mengalami kebaruan. Hidup sifatnya adalah tumbuh. Hidup tidak mati. Karena itu hidup yang terus menerus bergerak ini tidak mungkin surut atau habis pada sifat kematian. Manusia itu hidup. Coba lihat kembali. Bukankah dari sejak awal manusia sudah berdinamika dengan hidup. Mulai dari rahim hingga menua, manusia hidup dalam dinamika. Bertarung dengan keadaan, tangguh dalam ujian dan lunak dalam kenikmatan.

Kini keadaan menantang kita bersama kembali kepada keadaan asali diri kita. Kita manusia, kita hidup.

Sejenak saya ingin merenung dengan ‘Gaya hidup normal yang baru’. Hidup yang menantang dan penuh perjuangan. Tidak berhenti pada kondisi melainkan gagah mengatasi situasi. Kita manusia, kita hidup. Hidup dengan tantangannya. Gaya hidup dengan segala problmatikanya. Namun kita tetap harus tumbuh.

Saatnya kita temukan bersama kebiasaan dan kondisi hidup yang baru. Kita bisa, kita mampu.

Kita tidak menyepelekan keadaan. Hindari cara berpikir membiarkan covid ini menang atas kita. Kondisi dan situasi seperti ini justru menuntun kita untuk menjadi pejuang.
Berinteraksi dengan gaya normal yang baru.
Bertemu, tatap muka dengan gaya normal yang baru.
Berbelanja dengan gaya normal yang baru
Bekerja dengan gaya normal yang baru Beribadah, belajar, menuntut ilmu dengan gaya normal yang baru.
Singkatnya kita tumbuh dari keadaan dengan gaya hidup normal yang baru.

Kini saatnya beradaptasi. Terkesan gagap diawal-awal, namun harus segera tegap pada kondisi. Kita manusia, kita hidup, kita tumbuh. Mari beradaptasi dan hindari menyepelekan covid ini.

Salam dan doa,
RP. Bernadus Junianto, CDD